Tin, tin, suara
klakson berirama bergantian mengudara di daratan Jakarta. Seakan berteriak
“woy, buruan jalan”. Sang pengendara bebek didepan akhirnya ikut membunyikan sirine pencet
tersebut, dan orang didepannya juga melakukan hal tersebut dan seterusnya.
Konser klakson tersebut paling banyak berdering pada saat setelah lampu merah,
terus lampu hijau. Terang saja, dari sisi kanan (sisi horizontal) disaat lampu
kuning menuju lampu merah masih jalan terus, dan dari sisi kita nih (vertical)
sebelum lampu kuning udah mau ngegas aja. Dan akhirnya bertemulah pengendara
pengendara dititik tengah. Hohoho
Hal yang paling
disenangkan adalah ketika dari jarak jauh mendekati lampu lalu lintas, kita
ngeliat lampu hijau masih on, dan dengan senang kita melaju sambil ngeliat
kesisi kanan sisi horizontal yang dipenuhi dgn orang orang lagi dapat lampu
merah. Wajah kita tersenyum sambil bilang, luan ya!!
Kesenangan yang lain itu, saat lampu merah, dari kejauhan kita lihat sang pengendara udah ngantri macet nunggu lampu hijau. Dan saat kita rem dibelakang pengemudi pengemudi tersebut. Sidetik merah menunju angka 0, lampu merah jadi kuning dan akhirnya kembali berwarna go green. Itu kenikmatan luarbiasa karena kita tak perlu ikut menunggu lampu merah tersebut.
Kesenangan yang lain itu, saat lampu merah, dari kejauhan kita lihat sang pengendara udah ngantri macet nunggu lampu hijau. Dan saat kita rem dibelakang pengemudi pengemudi tersebut. Sidetik merah menunju angka 0, lampu merah jadi kuning dan akhirnya kembali berwarna go green. Itu kenikmatan luarbiasa karena kita tak perlu ikut menunggu lampu merah tersebut.
Sebaliknya saat
kesal adalah saat lampu hijau dari kejauhan, dan ngegas berusaha keras. Dan
saat hampir melintasi lampu lalu lintas, berubahlah si warna daun jadi api.
Karena menjunjung tinggi nilai nilai INTEGRITAS, jadilah kita rem dan berhenti
tepat didepan garis batas putih. Tetapi karena ketidak sabaran manusia, maka
kadang momen momen peralihan tersebut tetap dipakai berlalu lalang tanpa dosa.
Mudah-mudahan kita semua bisa tertib ya J
Udah beberapa
bulan aku mengalami ciri khas Jakarta ini. Semenjak menjadi junior auditor
disalah satu perusahaan audit. Yaelah.. masih magang aja!. Sebagai seorang duck
rider yang melintasi jalanan sibuk, wajar pengalaman tersebut didapat. Kapan
sih Jakarta terbebas dari kemacetan? Naik apapun bisa jadi macet dijakarta.
Kecuali kereta (karena aku org medan, biar netral kita buat kamus dulu yok.
Kereta api = kereta, Motor= Sepeda motor
atau dimedan disebut kereta). Di kereta kita ga akan kemacetan dijalanan,
tetapi kemacetan terjadi saat jalan kaki mau masuk kereta atau saat keluar
kereta.
Kadang Pulang
kerja tu gak capek badan, tetapi capek pikiran ngeliat kemacetan yang luar
biasa. Ini masih awal 2014 loh, sterusnya penduduk Indonesia terutama Jekardah
pasti meningkat. Itu sangat menjadi perhatianku (loh kok aku yang cemas, kan
masih ada pak Jokowi atau pak SBY). Yaelah, paling kita manusia tak berdaya cuma
bisa iba. Tetap aja keputusan, kebijakan, peraturan dibuat sama pihak yang
berwenang. Tapi setelah ku pikir pikir akar empat puluh Sembilan keliling, ada
juga beberapa tips yang bisa kita lakukan yang mungkin bisa berdampak ga hanya
pada kurangnya macet, tetapi juga ada dampak lainnya. Tentunya mudah mudahan
dampak positif, karena aku bukan sang penyesat yang harus dibasmi oleh sang pencerah
dan sang kiyai.
Denger denger
sih, buat CV lamaran kerja itu gak boleh lebih dari 2 halaman. Nah buat blog
juga gak boleh panjang panjang, ntar pembaca bosan. Emang apa korelasi antara
CV dan blog, satu lg, emang ada yang bakal baca blog ini. Eh ada, kamu ya?
Makasih ya udah baca, ih sambil senyum senyum lagi. Untung diblog ini gak ada
gambar akunya, udah ditonjok tonjok. See you in another WBA! See you I the next OMJ!